Rabu, 14 Desember 2011

hadist pengembangan persaudaraan islam

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Hubungan di antara cinta dan persaudaraan adalah hubungan yang sangat kuat. Maka setiap orang yang dipertalikan oleh Allah antara engkau dan dia dengan hubungan persaudaraan niscaya ia mendapat hak untuk saling mencintai karena Allah. Dalam larangan tentang sebagian gambaran perbuatan jahat terhadap sesama muslim atau perintah sebagian gambaran kehidupan bersama, tolong menolong, dan saling berkasih sayang.
Rasullulah saw bersabda yang artinya “Dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara”. Ar-Qutubi menjelaskan pengertian persaudaraan dalam hadist tersebut adalah berusaha agar kamu menjadi saudara yang senasib dalam kasih sayang, tolong menolong, saling membantu, dan memberikan nasehat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Hadist-hadist apa yang berhubungan dengan persaudaraan islam?
2.      Menjelaskan isi kandungan hadist yang berhubungan dengan persaudaraan islam?






BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Pengembangan Persaudaraan Islami
Menurut M. Quraish Shihab dalam wawasan Al-Qur’an mengatkan Ukhuwah (ukhuwwah) yang biasa diartikan sebagai “persaudaraan”, terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti “memperhatikan”. Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara. Secara majazi kata ukhuwah (persaudaraan) mencakup persamaan salah satu unsur seperti suku, agama, profesi, dan perasaan. Dalam kamus-kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata akh yang membentuk kata ukhuwah dugunakan juga dengan arti teman akrab atau sahabat.[1]
Masyarakat Muslim mengenal istilah ukhuwah islamiyah. Istilah ini perlu didudukkan maknanya, agar bahasa kita tentang ukhuwah tidak mengalami kerancauan. Selama ini ada kesan bahwa istilah tersebut bermakna “persaudaraan yang dijalin oleh sesama Muslim”, atau dengan kata lain, “persaudaraan antar sesama Muslim”, sehingga dengan demikian kata “Islamiyah” dijadikan pelaku ukhuwah itu.
Pemahaman ini kurang tepat. Kata Islamiah yang dirangkaikan dengan kata ukhuwah lebih tepat dipahami sebagai adjektifa, sehingga ukhuwah Islamiah berarti “persaudaraan yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam.[2]
2.      Hadist-Hadist Yang Berhubungan Dengan Persaudaraan Islam
A.    Toleransi Terhadap Sesama Muslim
حد ثنا إسماعيل حدثنا سعيد الجريرى عن أبي نضرة حدثني من سمع خطبة رسول الله عليه وسلم في وسط أيام التسريق فقال يا أيها الناس ألاإن ربكم واحد وإن أباكم واحد ألا لا فضل لعربي على أعجمي ولا لعجمي على عربي ولا لآحمر على أسود ولا أسود على أحمر إلا بالتقوى- احمد
Artinya:“Telah menceritakan kepada kami Isma’il telah menceritakan kepada kami Sa’id Al Jurairi dari Abu Nadhrah telah menceritakan kepada ku orang yang pernah menceritakan kepada ku orang yang pernah mendengar khotbah Rasullulah saw ditengah-tengah hari tasyrek, beliau bersabda : ‘wahai sekalian manusia! Rab kalian satu, dan ayah kalian satu, ingat ! tidak ada kelebihan bagi orang arab atas orang Ajam dan bagi orang ajam bagi orang Arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam, atas orang berkulit merah, kecuali dengan ketakwaan.
Nabi Muhammad diutus Allah bukan hanya untuk satu manusia saja . Dia juga tau hanya menyeru satu suku atau bangsa saja. Dia diutus seluruh manusia di dunia, tanpa membedakan jenis kelamin, warna kulit, dan suku bangsa. Islam mengakui perbedaan sebagai bagian dari sunattullah. Hal ini sebagaimana firman Allah
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ   .
Artinya :” Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dalam hal ini diakui kebhinekaan (pluralisme) Rasullulah sendiri telah memberikan teladan dengan kepemimpinannya di Madinah. Dia berhasil mempersatukan golongan atau kelompok di Madinah yang sejak berpuluh tahun bermusuhan, bahkan, dia berhasil membangun solidaritas antar warga Madinah untuk mencintai, memelihara dan ,mempertahankan Negara Madinah, melalui persatuan dan persaudaraan antar suku.
Kiat politik yang ditunjukkan oleh nabi Muhammad sebagai pemimpin adalah dengan menyusun deklarasi politik berupa “Deklarasi Madinah” deklarasi Madinah ini memuat kesepakatan politik antar unsur sosial yagn bersifat pluralistik dan bertujuan untuk mementingkan, menjembatani, mengadvokasi (mendampingi) serta mewujudkan kemaslahatan publik (Negara).
Pada masa kepemimpinan Nabi unsur-unsur pluralitas masyarakat yang berusaha dijembatani terdiri dari berbagai kekuatan etnis, seperti kaum Muhajirin (pendatang,), kaum Anshor (penduduk asli yang masuk islam), dan Yahudi (pribumi,), dan kelompok etnis lainnya.
Berbagai kelompok ini dapat mengesampingkan berbagai kepentingan privasi demi membangun komunitas yang solid dalam membangun dan mempertahankan sebuah Negara Madinah dari serangan musuh. Berbagai simbol yang merepresentasikan jenis kelamin,  suku, agama, strata ekonomi, keragaman budaya, kelompok, dan lainnya, tak menjadi rintangan untuk membangun persatuan sebagai masyarakat yang majemuk.
Deklarasi Madinah itu menjadi jalan bagi masyarakat Madinah untuk membangun “Negara cosmopolitan”, suatu bentuk negara yang konstruksi dan orientasinya memancarkan, mengutamakan, dan mengidolakan etos pembaharuan, pembaharuan (akulturasi) , peradaban , dan kesatuan berbangsa.
Menurut Muhammad Husain Haikal deklarasi Madinah telah diletakkan Nabi Muhammad sebagai jaminan adanya kebebasan, menyatakan pendapat, keselamatan harta benda, dan larangan orang melakukan kejahatan. Deklarasi Madinah itu juga diejawantahkan melalui prinsip yang dibangun nabi Muhammad, yakni keseimbangan (ekuilibrium) , kesamaan derajat (musawah), toolerasi (tasamuh), saling tolong menolong, mendahulukan musyawarah, keadilah dalam hukum dan pergaulan social dan pembelaan Negara.

B.     Cinta Sesama Muslim Sebagian Dari Iman
قا ل عبد الله حد ثنا أبو معمرحدثنا هشيم قال أخبرنا سيار عن خالد بن عبدالله القسري عن أبيه أن النبي صلى الله عليه وسلم قل لجد ه يز يد بن أحب للنا س لنفسك   - أحمد
Artinya: “Abdullah berkata : telah menceritakan kepada kami Abu Ma’mar telah menceritakan kepada kami Hutsaim berkata; telah mengabarkan kepada kami sayyar dan Khalid bin Abdullah Al Khasri dari bapaknya sesungguhnya Nabi saw bersabda kepada kakeknya, Yazid bin Asad Cintailah kepada manusia sebagaimana kamu mencintai untuk dirimu”                                      
Imam Nawawi menjelaskan, tidak beriman salah seorang di antara kamu sekalian sehingga ia mencintai saudara yang sesama muslim atau tetangganya yang muslim, tanpa ada keraguan sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Pengertian tersebut tidak berlaku atau tidak berhasil jika ia tidak beriman (bukan termasuk orang yang beriman walaupun imannya masih kurang).[3]
Agak berbeda dengan Imam Al-Nawawi, para ulama’ menjelaskan, tidak sempurna iman seseorang diantara kamu sekalian sehingga ia mencintai saudaranya atau tetangganya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Jika tidak begitu (dalam arti, tidak sempurna imanya) maka dikatakan “tidak beriman” itu bagi orang yang tidak punya rasa cinta. Jadi maksud hadist menjadi “ tidak beriman “ salah satu di antara kamu sekalian (yang tidak punya rasa cinta) sehingga ia mencintai saudaranya dalam ketaatan sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Dalam riwayat An-Nasa’i menunjukkan “tidak sempurna” keimanan seseorang di antara kamu sekalian sehingga ia mencintai saudaranya atau tetangganya dalam kebaikan sebagaiman mencintai dirinya sendiri.
Lain lagi Shekh Abu Amr ibn Al-Salah yang berpendapat bahwa menghadapi hal-hal yang terlarangpun rasa cinta itu harus ada. Beberapa pendapat menjelaskan bahwa shekh Abu Amr Ibn Al-Salah berpendapat demikian ini kemungkinan agar hal-hal yang terlarang itu tidak merajalela dan tidak terus menerus terjadi, paling tidak mengurangi seperti seorang anak yang nakal jika kedua orang tuanya, saudaranya atau temannya, selalu menasehati dengan penuh kasih sayang dan cinta maka akhirnya anak nakal tersebut masih merasa punya harga diri, sadar dan berhenti dari kenakalannya karena masih ada orang lain yang memperhatikannya dan memberi belaian kasih sayang yang tulus.
Oleh karena itu Shekh Abu Amr Ibn Al-Salah melanjutkan pendapatnya : jika rasa cinta dipakai untuk sesuatu yang terlarang maka tidak berlaku adanya arti hadist “tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sekalian, sehingga ia mencintai saudaranya sesama muslim sebagai mana ia mencintai dirinya sendiri. Maksudnya hadist tersebut di atas tidak untuk orang yang melakukan hal-hal yang terlarang.
Yang berlaku pada hadist tersebut di atas ialah, tidak beriman salah seorang di antara kamu sekali sehingga ia tidak mengurangi sedikitpun untuk mencintai saudaranya (yang melakukan perbuatan terlarang) sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Demikian itu mudah dilakukan hanya dari hati yang alim, hati yang mau menerima bahwa semua itu dari Allah. Namun sukar untuk mempergunakan rasa cinta, bagi hati yang penuh dendam. Semoga Allah mengampuni kita dan saudara-saudara kita semuanya. Allah-lah yang lebih mengetahui. Mencintai orang lain dengan tulus, ikhlas karena Allah, sangat dianjurkan oleh Allah, sebagaimana hadist Nabi :
عَنْ أَبِي هُرَيرَةَ رَضِيَاللهُ عَنْهُ قَالَ : قَال رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلمَ إِنَّ الله تَعَالى يَقولُ يَومَ القِياَمَةِ : أَينَ الْمُتَحَابُّو نَ بِجَلاَلِى الْيَو مَ أَظِلُهُم فِى ظِلِّى يَومَ لاَضِلَّ إِلاَّ ظِلِّي
Artinya: “Abu Hurairah berkata: Rasul Allah bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT akan berkata pada hari kiamat “Dimanakah orang yang saling berkasih sayang karena kebesaran-Ku, hari ini aku naungi di bawah naunganku, di saat tiada naungan, kecuali naungan-Ku.
Bukti seseorang mencintai orang lain yaitu jika seseorang mau menolong orang lain, mau memberikan sesuatu yang dicintainya ikhlas karena Allah karena itu tidak heran jika Allah berfirman yang artinya : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, sesungguhnya Allah maha Mengetahuinya.’

C.    Berterima Kasih Kepada Sesama
حدثنا هناد حدثنا أبو معاوية عن ابن أبي ليلى ح و حدثنا سفيا ن بن و كيع حميد بن عبدالر حمن الرواسي عن ابن أبي ليلى عن عطية عن أبي سعيد قال قال رسول الله  صلى الله عليه وسلم من لم يشكر الناس لم يشكر الله وفي الباب عن أبي هريرة والأ شعث بن قيس  والنعما ن بن بشير قال أبو عيسى هذا حديث حسن صحيح - الترمذي
Artinya:”Telah menceritakan kepada kami Hannat, telah menceritakan kepada kami , aku,  Muawwiyaa dari Ibnu Abu Laila (dalam riwayat lain). Dan telah menceritakan kepada kami Sofyan bin Waki’, telah menceritakan kepada kami, Humain bin Abdurrahman Ar-Ruasi dari Ibnu Abu Laila dari Athiyya dari Abu Sa’id ia berkata : Rasullulah saw bersabda : ‘siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, berarti ia belum bersyukur pada Allah’. Hadis semakna juga diriewayatkan dari Abi Huraira, Al-Asy’ats Bin Qais dan An Nu’man bin Basyir. Abu Isa berkata; ini adalah hadist hasan shahih.                 
Dari hadist tersebut di atas kita sebagai seorang muslim dianjurkan untuk menjalin hubungan baik terhadap sesama manusia dan kita sebagai makluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lainnya harus bisa menjalin hubungan baik dengan manusia  dan kita tidak bisa terlepas dari mereka. Dan kita dalam kehidupan ini dianjurkan untuk menjalin hubungan baik dan berterima kasih kepada sesama manusia karena hal tersebut merupakan suatu hal yang disukai oleh Allah dan merupakan suatu bentuk atau wujud rasa syukur kita kepada Allah. Selain itu kita sebagai manusia ciptaan Allah juga mempunyai kewajiban atau kita dituntut Allah untuk sealu memiliki rasa syukur atas nikmatNya dan bersyukur kepadaNya atas nikmat yang terlah Dia berikan kepada manusia selama dia hidup di dunia. Hal tersebut seperti seperti firman Allah yang dijelaskan dalam Al-Qur’’an yang artinya “Sungguh jika kalian bersyukur niscaya aku akan menambah nikmat tersebut”.      
                                      
D.    Realisasi Iman Dalam Menghadapi Tetangga
حدثنا يحيى أيوب و قتيبة بن سعيد وعلي بن حجر جميعا عن إسمعيل بن جعفر قال ابن أيوب حدثنا إسمعيل قال أخبر ني العلاء عن أبيه عن أبي هريرة أن رسولالله صلى الله عليه وسلم قال لا يد خل الخنة من لا يأ من جاره بوا ئقة - مسلم
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa’id serta Ali bin Hujr, semuanya dari Ismail bin Ja’far, Ibnu Ayyub berkata , telah menceritakan kepada kami Ismail, dia berkata , telah mengabarkan kepada kami Al- Ala’ dari bapaknya dari Abi Huraira bahwa Rasullulah saw bersabda “Tidak akan masuk surga orang yang mana tetangganya tidak aman dari bahayanya.”
Berbuat baik kepada tetangga adalah berbuat baik menurut kemampuannya, apabila ia meminjam sesuatu kepadamu, berikanlah pinjaman itu, jika minta pertolongan, tolonglah ia jika butuh sesuatu, berikanlah ia,jika ia sakit tengoklah dia, jika keluarganya ada yang meninggal, bertakzialah, jika ia berbahagia ikutilah berbahagia dan ucapkan selamat. Jadilah engkau orang yang dapat dipercaya terhadap rahasia-rahasianya, suka memberi hadiah, jagalah kemaslahatannya sebagaimana engkau menjaga kemaslahatanmu. Selain itu, diharuskan pula menjaga mereka dari ancaraman gangguan dan bahaya. Dan dalam hadist lain riwayat Ibnu Majah dari Siti Aisyah disebutkan:
Artinya: “Malaikat Jibril senantiasa memberi wasiat kepadaku (untuk menjaga) tetangga sehingga aku menyangka bahwa tetangga akan dapat warisan (dapat diwarisi).
Dalam Al-Qur’an juga banyak ayat-ayat yang membahas agar berbuat baik kepada tetangga.
* (#rßç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·qãsù ÇÌÏÈ  
Artinya: “Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman-teman sejaewat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga- banggakan diri.
Memuliakan tetangga, berbuat baik kepada tetangga dan jangan menyakiti tetangga, semua itu kembali kepada urutan haq-haq tetangga. Aisyah bertanya: “Wahai Rasullulah! Sesungguhnya saya mempunyai dua tetangga, kepada yang mana aku memberikan satu hadiah ini? Nabi SAW menjawab : Berikan pada tetangga yang lebih dekat pintu rumahnya dengamu. Disebut  tetangga adalah yang berdekatan rumah, atau yang jauh dari rumah, muslim atau kafir, ahli ibadah atau ahli yang melakukan dosa, teman atau musuh. Maka tetangga muslim yang beribadah dan teman lebih utama daripada tetangga lainnya dan lebih didahulukan dari pada tetangga lainnya.
Hadis pembanding
Musnad Ahmad (8500):
حد ثنا سليما ن أحبر نى إ سما عيل قا ل أحبرنى العلا ء عن أ بيه عن أ بى هر ير ة النبي صل الله عليه و سلم قا ل لا يه خل الجنه من لا يأ من جا ره بو ا ئقه--أحمه
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami sulaiman telah mengabarkan kepadaku isma’il telah mengabarkan kepada ku Al’ala’ dari bapaknya dari abu hurairah dari nabi shallallahu ‘alaihi wasallam , beliau bersabda: “tidak akan masuk “ surga seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.
Sunan Abu Daud (1445):
حد ثنا مسد د حد ثنا سغيا ن عن الر مر ي  عن محمد بن جبير مطعم عن أ بيه  يبلغ به النبي صل الله عليه و سلم قا ل لا يد خل الجنة قا طع ر حم.
Artinya : "Telah menceritakan kepada kami Musaddad , telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Az Zuhri dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya ia membawanya kepada nabi Shallallahu’alaihi wasallam, beliau bersabda: “tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan kekerabatan.

E.     Silaturrahmi
حدثنا محمد بن أبي يعقوب الكرما ني حدثنا حسا ن حدثنا يو نس قال محمد هو الز هري أنس بن مالك رضي الله عنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول من سره أن يبسط له في رزقه أو ينسأ له في أثره فليصل رحمه – بخري
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami dari  Muhammad Bin Abi Ya’kub Al-Kurmani Dari Hasan Dari Yusuf , Muhammad bin Zuhri Anas bin Malik berkata” Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:  Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan dikenang baik hidupnya, maka hendaklah ia bersilaturrahim.” (HR.Muttafaq ‘alaih).[4]
Dalam hadits tadi disebutkan , bahwa dengan silaturrahim akan diluaskan dan dibanyakkan rezeki yang berkah untuknya, umurnya dipanjangkan , dan ada hidayah untuk melakukan ketaatan.
Orang yang menyambung hubungan kekeluargaan (silaturrahim) bukan sekedar melakukannya , tetapi ia adalah orang yang menyambung hubungan kekeluargaan apabila terputus.[5]



F.     Larangan Memutuskan Silaturrahmi
حدثنا عبدالله بن يوسف أخبر نا مالك عن ابن شهاب عن عطاء بن يز يد الليشي عن أبي أيوب الأ نصاري أن رسولالله صلى الله عليه وسلم قال لا يحل لرجل أن يهجر أخاه فوق ثلاث ليال يلتقيان فيعرص هذا ويعرض هذا وخير هما الذ ي يبدأ بالسلام – بخري
Artinya :”Diberitahukan kepada kami Abdullah bin Yusuf mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu shihab dari Atok Bin Yazid Allaitsi dari Abi Ayub Al-Anshory bahwasannya Rasullulah saw berkata tidak halal bagi seorang laki-laki untuk mendiamkan saudaranya diatas tiga malam kemudian keduanya saling  bertemu dan saling memalingkan dan sebagus-bagus dari mereka berdua adalah yang mengawali dengan salam. (HR.al Bukhori).
Imam Al Nawawi berkata bahwa para ulama’ mengharamkan berdiam diri dan tidak saling menyapa di antara orang-orang Muslim lebih dari 3 malam karena perasaan benci, namun di maafkannya berdiam diri selama tidak lebih dari 3 hari, karena anak Adam itu berwatak pemarah. Dan diizinkkan hal tersebut (tidak lebih dari tiga hari) agar dapat kembali baik dan dapat menghilangkan sifat-sifat yang jelek.
Abu Al Abbas Al Qurthubi melanjutkan perkataan Imam Nawawi bahwa yang dimaksud tiga malam itu adalah tiga hari tiga malam maka jika dimulainya berdiam diri karena perasaan benci tersebut pada hari sabtu waktu zuhur maka berakhir sampai selasa waktu zuhur lebih dari itu haram.[6]
Al Mundhir melanjutkan penjelasan Imam Nawawi dan Al Qurthubi bahwa ketika kedua (orang yang saling bermusuhan) bertemu lalu keduanya, saling berpaling muka yang lebih baik bagi keduanya adalah berpaling dari sesuatu yang tidak dihalalkan karena hal itu mendekati Tawada’ dan budi pekerti yang baik. Ketika tiga hari dan tiga malam telah lewat maka keduanya itu terdapat pahala-pahala yaitu pahala jika mau mengucapkan salam dan pahala jika mau meninggalkan berdiam diri karena benci. Sebenarnya dosa tidak mau menyapa, akibat karena tidak mau mengucapkan salam.[7]
Maka dengan tidak mengucapkan salam kepada orang yang tidak mau menyapa berarti ia telah memutuskan silah al rahmi  dan orang yang memutus hubungan keluarga, ia dapat kutukan dari Allah. Orang yang memutus hubungan keluarga disamping dapat kutukan Allah juga tidak masuk surga karena ia dianggap kafir.
Bersilaturahmi itu berupa mengunjungi sanak saudara atau memberi hadiah atau mengirimkan suatu pemberian kepada sanak saudara, namun ketika bertemu pasti bertengkar, menggunjing kejelekan orang lain, membuat kegaduhan dan hanya menyusahkan orang lain.

G.    Menjaga Persaudaraan Sesama Muslim
حدثنا سعيد بن الر بيع حدثنا شعبة عن الأ شعث بن سليم قال سمعت معا وية بن سويد سمعت البراء بن عازب رضي الله عنهما قال أمرنا النبى صلى الله عليه وسلم بسبع و نها نا عن سبع فذكر عيادة المريض واتباع الجبا نز و تشميت العا طس ورد السلا م و نصر المظلوم وإجا بة الداعي وإبرارالمقسم –بخا ري
Artinya:“Diberitahukan kepada Said bin Robi’ kemudian diberitahuukan juga pada Syu’abah Asis bin Salim dan berkata saya mendengar dari Mu’awiyah bin Suait saya mendengar Baro’ bin Azid r.a dan berkata Nabi memerintahkan kepadaku dalam tujuh perkara dan mencegah pada tujuh perkara juga kemudian Nabi menjelaskan tujuh perkara tersebut, diantaranya menjenguk orang yang sakit, mengantar jenazah, mendo’aka orang yang bersin, menjawab salam,menolong orang yang dianiaya, memenuhi undangan, bersikap adil.                                                                         
Hendaknya kita umat muslim dalam mempererat ukhuwah islamiyah Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk dalam rangka menyambung, mempererat dan menjaga tali persaudaraan Islam, di antaranya adalah:
1.      Ungkapan rasa cinta: Mengungkapkan rasa cinta yang selama ini dikenal di kalangan muda-mudi hanyalah sebatas menyatakan rasa cintanya kepada kekasihnya saja. Namun, Islam yang mengandung ajaran tertinggi memiliki cakupan yang lebih luas dari sekedar itu. Mengungkapkan rasa cinta ternyata juga sangat dibutuhkan dalam rangka mempererat persaudaraan dengan sesama umat Islam. Hal ini sebagaimana telah dianjurkan oleh Rasulullah saw dalam sabda-sabda beliau:
Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seseorang mencintai saudaranya, hendaklah dia mengatakan cinta kepadanya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
2.      Tunjukkan Wajah Bahagia: Berjumpa dengan seseorang yang memiliki wajah berseri-seri tentunya akan menorehkan kenangan tersendiri. Wajah yang dengan senyum, penuh semangat dan tidak menunjukkan rona sendu akan menimbulkan kerinduan bagi saudaranya. Bisa saja dengan wajah berseri yang telah kita tunjukkan itu akan memberikan semangat positif bagi saudara yang kita jumpai. Dengan demikian, akan timbullah kerinduan untuk selalu ingin bertemu dan melihat wajah berseri itu.
Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan apapun, walaupun sekadar bertemu saudaramu dengan wajah ceria.” (HR. Muslim)
3.      Berjabat Tangan: Berjabat tangan adalah salah satu bentuk sentuhan fisik yang dapat menyentuh hati kedua pihak yang melakukannnya jika dilakukan dengan niat tulus dan penuh semangat karena Allah swt. Genggamlah tangan saudaramu dengan erat dan hangat, hingga semangat dalam jabat tangan itu dapat meresap dalam sanubari.
4.      Saling Berkunjung: Selain dapat mempererat tali persaudaraan di dalam Islam, saling kunjung-mengunjungi adalah salah satu cara yang akan membawa kita untuk memperoleh cinta dari Allah swt.
5.      Memberikan Ucapan Selamat: Tak dapat dipungkiri lagi bahwa perhatian adalah salah satu bentuk tindakan yang sangat efektif untuk mempererat sebuah hubungan. Dan salah satu cara untuk menunjukkan perhatian kepada saudara kita adalah dengan mengucapkan selamat kepadanya manakala ia mendapatkan sebuah kesuksesan. Persaudaraan di dalam Islam dapat saja menjadi kendur hanya karena sifat saling acuh dan tidak peduli satu sama lain.
6.      Saling Memberi Hadiah: Hadits marfu’ dari Anas bahwa, “Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena hadiah itu dapat mewariskan rasa cinta dan menghilangkan kekotoran hati.” (HR. Thabrani).
7.      Saling Membantu: Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang melepaskan kesusahan seorang mukmin di dunia niscaya Allah akan melepaskan kesusahannya di akhirat. Siapa yang memudahkan orang yang kesusahan, niscaya Allah akan memudahkan (urusannya) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan di akhirat. Dan Allah selalu menolong hamba-Nya jika hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim)

H.    Tolong menolong
حدثنا قتيبة حدثنا أبو عو انة عن الآ عمش عن أبي صا لح عن أبي هريرة قال قال رسو ل الله عليه وسلم من نفس عن مؤمن كر بة من كرب الدنيا نفس الله عنه كربة من كرب الآخرة ومن ستر على مسلم ستره الله في الدنيا والآخرة والله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه – الترمذي
Artinya : “Diberitahukan dari Qutaibah diriwayatkan juga dari Abu awana dari A’mas dari abi Sholeh Dari Abi Huraira berkata, Nabi berkata barangsiapa menolong kesusahan sesame Mukmin dari kesusahan duniawi maka Allah akan menolong kesusahan orang tersebut dari kesusahan akkhirat dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya didunia dan akhirat dan Allah menolong seorang hamba selagi hamba tersebut menolong saudranya sesama muslim.
Siapa yang menolong sesama muslim maka Allah akan menolong kesusahan orang tersebut di akhirat dan barang siapa menutup aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aaibnya : dari hadist tersebut kita sebagai muslim disuruh dan dianjurkan agar senantiasa tolong menolong kepada saudaranya yakni sesama muslim  serta menutupi aib-aibnya  dan dengan aturan tolong menolong hanya dalam hal kebaikan saja dan bukan hal keburukan seperti dalam ayat al quran yang artinya “dan tolong menolonglah kalian dalam hal kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam hal keburukan dan permushan “ jika kita melaksanakannya maka kita akan dapat  pertolongan dari Allah.
Manusia merupakan makhluk sosial, jadi tidak mungkin kalau maanusia itu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Apabila seseorang merasa dirinya bisa segalanya maka orang tersebut tergolong orang yang takabur yang mana hal ini berawal sari sifat ananiah yakni mementingkan diri sendiri, sedangkan ananiah ini menjerumus ke golongan orang-orang kafir.
Dalam sebuah lingkungan masyarakat sangatlah dibutuhkan rasa tolong menolong, dan hal seperti ini bertujuan untuk meringankan beban seseorang yang sedang kita tolong.
Selanjutnya yakni dalam hal menutupi aib seseorang,hal ini sangatlah diperlukan dalam dunia pertemanan, apabila suatu pertemanan tidak bisa menjaga aib dari masing-masing individunya,maka kelak akan dipertanggung jawabkan di akhirat. Salah satu kunci utama dalam hubungan pertemanan agar terjalin erat maka berusahalah menutupi aib masing-masing teman. Orang yang suka membeberkan aib, maka akan berakibat negativ terhadap dirinya sendiri diantaranya dijauhkan dalam pergaulan , tidak dipercaya orang dan bahkan ia disebut orang yang   dzolim.
Hadis pembanding:
Musnad ahmad (10091):
حد ثنا يو نس بن محمد حد ثنا حزم قا ل سمعت محمد بن واسع عن بعض أ صحا به عن أ بي صا لح عن أ بي هر ير ة قا ل قال رسو ل الله صل الله عليه و سلم من نفس عن أ خيه المسلم كر بة, من كر ب الذ نبا نفس الله عنه كربة من كر ب الا خر ة ومن ستر على ا خيه ستر الله عليه في الذ نيا و الا خر ة و الله عز وجل فى عون العبد ماكا ن العبد فى عو ل أخيه
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami yunus bin Muhammad telah menceritan kepada kami hazm , dia berkata: aku mendengar Muhammad bin wasi’ dari sebagian sahabatnya dari abu shalih dari abu hurairah ,dia berkata ; rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:” barang siapa meringankan saudaranya sesama muslim dari kesusahan dunia, maka allah akan meringankan  baginya dari kesusahan pada hari kiamat . dan barang siapa menutupi aib saudaranya maka allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Dan alla’azza wajalla akan selalu menolong hambanya selama hambanya mau menolong sesamanya.
I.      Persaudaraan Muslim                                                                                                                                       
حدثنا خلاد بن يحيى قال حدثنا سفيان عن أبي بردة بن عبدالله بن أبي بردة عن جده عن أبي موسى عن ا لنبي صلى الله عليه وسلم قال إن المؤ من للمؤمن كا لبنيا يشد بعضه بعضا وشبك أصا بعه – بخاري
Artinya:”Hadist riwayat Abu Musa r.a dia berkata :Rasulullah saw. Bersabda: seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan dimana bagiannya saling menguatkan bagian yang lain                                                                                                                               
Hakikat hubungan antara sesama kaum mu’min dalam hal kasih sayang, timbul akibat persaudaraan seiman bukan karena lainya, sehingga kebersatuannya itu diibaratkan hubugan antara anggota badan, jika salah satu anggota badan sakit maka yang lainnya pun merasakan sakit, tidak dapat tidak dan jadilah badannya terasa panas yang sangat.
Demikian hakikat orang mu’min jika salah seorang dari mereka kena musibah maka yang lain juga merasakan juga, oleh Karena itu mereka berusaha menolong agar tidak kena musibah dan bencana, bahkan dapat mendatangkan kebaikan.
Adapun orang-orang muslim dalam kemajemukannya dan dalam keseluruhannya bagaimana pribadi yang satu, dan setiap individu di nisbahkan dengan keseluruhannya, bagaikan anggota badan yang dinisbahkan dengan diri seseorang. Maka kebaikan yang diperoleh seseorang seperti yang dipeoleh mereka.
Adapun hadist yang semakna dengan hadist diatas adalah :
حَدَّ ثَنَا أَبُو نُعَيم حَدَّ ثَنَا زَكَرِيَّا عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقولُ سَمِعتُ النُّعْمَانَ بنَ بَشِيرٍ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عَلَيهِ وَسلم  ، تَرَى الْمُؤمِنِينَ فِي تَرَا حُمِهِمْ وَ تَوَ دِّ هِمْ وَتَعَا ظُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَ اشْتَكَى عُضْوًا تَدَا عَى لَه سَا ئِرُ جَسَدِهِ بِا لسَّهْرِ وَالْسَّهرِ وَالْحُمَّى (رواه البخارى)
Artinya:“Memerintahkan kepada kami Abu Nu’aim, menceritakan kepada kami Zakariya dari Amir berkata ; saya mendengar al-Nu’man bin Bashir berkata : bersabda Rasull Allah SAW : kamu akan melihat kaum mu’minn dalam kasih sayang dan cinta mencintai, pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika satu anggotanya sakit, maka menjalarlah kepada anggota lainnya sehingga badannya terasa panas dan tidak dapat tidur.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari).
Hadist tersebut di atas sangat diperlukan bagi sebagian umat Islam yang tidak mau merasakan musibah yang dialami tetangganya bahkan dia menolong musuhnya yang terkena hukuman, juga bgi individu-individu yang hanya menciptakan kemaslahatan pribadi sekalipun membahayakan bagi yang lain.

J.       Perselisihan Pendapat
حد ثنا أحمد بن حنبل حدثنا الوليد بن مسلم حدثنا ثور بن يز يد قال حدثني خالد بن معدان قال حد ثني عبدالرحمن بن عمرو السلمي وحجر بن حجر قالا أتينا العر با ض بن سار ية وهو ممن نزل فيه (ولاعلى الذ ين إذاما أتو ك لتحملهم قلت لا أخد ما أحملكمعليه) فسلمنا وقلنا أتياك زائرين وعا ئد ين ومقتبسين فقال العر باض صلى بنا رسول الله صلى الله عليه و سلم ذات يوم ثم أقبل علينا فوعظنا مو عظة بليغة ذر فت منهاالعيون ووخلت منها القلوب فقال قائل يارسول الله كأ ن هذه مو عظة مو دع فماذا تعهد إلينا فقال أو صيكم بتقوى الله والسمع والطا عة وإن عبدا حبشيا فإنه من يعش منكم بعدي فسير ى اختلا فا كثير ا فعليكم بسنتي و سنة الخلفاء المهديين الر اشدين تمسكوا بها وعضوا عليها بالنو ا جذ و إ يا كم و محد ثات الأ مور فإن كل محدثة بد عة وكل بدعة وكل بد عة ضلا لة – داود
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami ahmad bin hambal berkata, telah menceritakan kepada kami al walid bin muslim berkata, telah menceritakan kepada kami tsaur bin yazid ia berkata, telah menceritakan kepadaku khalid bin ma’dan ia berkata telah menceritakan kepadaku abdurrahman bin amruh as sulami dan hujr bin hujr ke dua nya berkata,” kami mendatangi irbadh bin sariyah, dan ia adalah termasuk seseorang yang turun kepadanya ayat: (dan tiada (pula dosa) atau orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu membeti mereka kendarai irbadh berkata dan, lalu kamu berkata, “ aku tidak memperoleh kendaraan orang yang membawamu) QS. At Taubah : 92- kami mengucapkan salam kepadanya dan berkata,” kami datang kepadamu untuk ziaroh, duduk-dudk mendemgar sesuatu yang berharga darimu.” Irbadh berkata ,” suatu ketika rosulullah saw bersama kami, beliau lantas mengahadap kepada kearah kami dan memberikan sebuah nasihat yang sangat menyentuh yang membuat mata menangis dan hati bergetar lalu. Seseorang berkata,”wahai rosulullah, seakan-akan ini adalah nasehat untuk perpisahan! Lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami? “ beliau mengatakan:“aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada allah, senantiasa taat dan mendengar meskipun yang menerimanya adalah seorang budak habsi yang hitam. Sesungguhnya orang-orang yang hidup setelah ku akan melihat perselisihan yang banyak. Maka, hendaklah kalian berpegang dengan sunnahku, sunnah para khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk, berpegang teguhlah denganya dan gigit lah dengan gigi geraham. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru (dalam urusan agama ) ,“. sebab setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.
Amanat rasul untuk berpegang teguh pada sunnah nya dan jauhilah perkara baru dalam urusan agama: Rasul mengamanatkan pada umatnya agar selalu berada di jalan  yang benar dengan berpegang teguh pada sunah-sunah beliau baik berupa ucapan , tindakan atau ketetapan beliau disamping itu diriwayat lain beliau juga berpesan umatnya juga berpesan pada ketetapan khulafaur rosyisidin dan menjauhi perkara-perkara yang baru dalam ursan yang sama sekali pun bertentangan atau tidak sesuai dengan kaidah ketetapan agama karena hal tersebut merupakan bid’ah yang dholal tapi jika perkara baru tersebut tidak bertentangan atau maksudnya sesuai dengan kaidah agama maka itu diperbolehkan.
Dalam hadist ini juga disebutkan akan timbul banyak permasalahan atau perselisihan-perelisihan yang bermunculan (yang baru), hal seperti ini akan menimbulkan berbagai macam pandangan atau pendapat-pendapat yang berbeda, sehingga tak salah kalau zaman sekarang muncul pemikiran-pemikiran yang tak sesuai dengan islam yang mengakibatkaan adanya pertentaangaan intern dalaam aagma sehingga terjadi permusuhaan.hal seperti ini memang haarus kita hindari, dan dengan cara beriman kepada Allah lah kita mungkin bisa terhindar dari perselisihan.
Kemudian hindari sikap menang sendiri, karena sikap tersebut akan berpengaruh pada diri sendiri, jangan menganggap orang lain tidak bisa ,hargailah usaha orang kalau ingin kita di hargai orang. Dalam memecahkan suatu masalah hendaklah tetap berpegang pada jalan Allah yang mana kita sudah diberi dua pegangan yang sangat penting yakini al quran dan as sunnah. Walaupun kita ingin memberikan suatu sumbangan pendapat atau pemikiran hendaklah sesuai dengan ajaraan yang ada,karena kalau tidak maka akan timbul bid’ah-bid’ah yang mana hal itu bersifat sesat.

K.    Etika Sesama Muslim                                                                               
حدثنا هشام بن عمار حدثنا عيسى بن يونس حدثنا الأ عمش عن شقيق عن ابن مسعود قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم سباب المسلم فسوق و قتاله كفر --- ابن ماجه
Artinya: “Telah menceritakan keapda kami hisyam bin ‘ammar telah menceritakan kepada kami isa bin yunus telah menceritakan kepada kami al-a’masy dari syaqiq dari ibnu mas’ud dia berkata “rosulullah saw bersabda :” mencelah orang muslim adalah kefasyikan, dan membunuhnya adalah kekufuran.”    
Betapa ironisnya bila kita banyak mengetahui syariat tetapi tidak mengenal pribadi Rasullulah saw. Kemudian dengan mudah mencela dan mencaci kepada sesama muslim hanya karena perbedaan pendapat dengan memberikan tuduhan-tuduhan sebagai ahli bid’ah, syirik, kafir dan lain sebagainya. Hal ini seharusnya tidak sampai terjadi kalau kita menjadikan Rasullulah saw sebagai contoh dalam berkata dan bersikap. Allah swt berfirman                                                                 
   ôs)s9 öNà2uä!%y` Ñ^qßu ô`ÏiB öNà6Å¡àÿRr& îƒÍtã Ïmøn=tã $tB óOšGÏYtã ëȃ̍ym Nà6øn=tæ šúüÏZÏB÷sßJø9$$Î/ Ô$râäu ÒOŠÏm§ ÇÊËÑÈ  
Artinya:”Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.
Mencela sesama muslim akan merusak persaudaraan dan persatuan umat islam sehingga musuh-musuh islam akan lebih mudah untuk mengadu domba.
Dalam hadist diatas disebutkan bahwa mencela orang mukmin adalah keasyikan dan membunuhnya adalah kekufuran. Mencela orang muslim disini dapat terjadi karenaatau dilakukan seseorang kkepada mukmin lainnya karena dia merasa benci terhadap keimanan orang mukmin yang dicela tersebut atau dia merasa iri dengan keimanan orang tersebut. Harusnya tersebut tidak terjadi terhadap sesame muslim karena sebagaimana kita tahu bahwa menyakiti hati mukmin itu dosanya seperti merobohkan 70 ka’bah terlebih lagi kalau kita membunuhnya.
Dalam hal ini kita dapat menjadikan hadist tersebut sebagai sebuah rambu untuk kita para umat muslim untuk lebih berhati-hati lagi lagi dalam melakukan segala sesuatu dan berucap kepada sesama muslim lainnya dan hendaknnya kita sebagai sesama muslim dapat saling menghormati muslim lainnya karena seorang mukmin itu adalah mulia disisi Allah.
Hadis pembanding:
Shahih bukhari (5584):
حدثنا سليمان بن حرب حدثنا سعبة عن منصور قال سمعت أباوئل يحدث عن عبدالله قال رسول الله صلي الله عليه وسلم سياب المسلم فسوق وقتاله كفر تابعه عند رعن شعبة
Artinya : telah menceritakan kepada kami sulaiman bin harb telah menceritakan kepada kami syu’bah dari manshur dia berkata ;saya mendengar abu wa’il bercerita dari Abdullah dia berkata ; rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda : “mencela orang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekufuran”. Hal ini diperkuat juga oleh riwayat ghundar dari syu’bah.                                                                                                                 






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Persaudaraan Islam haruslah terjaga dengan baik, jangan sampai kita terpecah bela hanya gara-gara perbedaan pendapat. Dalam memecahkaan suatu permasalahan sebaiknya berdasar pada as sunnah dan al quran,supaya terhindar dari bid’ah-bid’ah yang bersifat menyesatkan.
Dalam berkehidupan bermasyarakat , tolong menolong sangatlah diperlukan .itu karena manusia telah digariskan sebagai makhluk sosial yang mana makhluk sosial itu tidak bisa hidup sendiri sehingga membutuhkan orang lain untuk membantunya dalam kesulitan.
Ada juga hal yang tak kalah penting yakni menjaga pertemanan atau menjaga perasaan orang lain. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk mencintai sesama muslim, apabila kita ingin mempunyai hubungan persaudaraan yang baik, maka jagalah aib dari masing-masing individu karena Allah sangatlah menyukai orang yang mau menjaga suatu aib orang lain. Allah akan meninggikan derajat orang tersebut.








DAFTAR PUSTAKA

Al Asqalani, Fath al Bari Bi Sharh Sohih al Bukhori,(Beirut: dar Al Fikr,,tt) Juz 12
Ahmad Mu’adzhaqqi, 2003. Syarah 40 Hadits Tentang Akhlak , Jakarta: Pustaka Azzam.
Al-Nawawi, 1990.  Shohih  Muslim bi al-Sharh al-Nawawi, Juz 2, 15. Al-Muba rakfuri, Tuhfah al-Ahwadhi , Beirut: Dar Kutub Al-Ilmiah.
Ibn Qayyim, Aun al Ma’bud Sarh Sunan Abi Dawud, Juz 13
Shihab,Quraish. 1998,  Wawasan Al Quran, Bandung:Mizan.



[1] Quraish Shihab, Wawasan Al Quran,(Bandung:Mizan, 1998),h.486
2 Ibid,h.487

[3]  Al-Nawawi, Shohih  Muslim bi al-Sharh al-Nawawi, Juz 2, 15. Al-Muba rakfuri, Tuhfah al-Ahwadhi  (Beirut: Dar Kutub Al-Ilmiah, 1990)hal.15
[4]Ahmad Mu’adzhaqqi, Syarah 40 Hadits Tentang Akhlak , (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003),h.63
[5] Ibid, h.66
[6] Al Asqalani, Fath al Bari Bi Sharh Sohih al Bukhori,(Beirut: dar Al Fikr,,tt) Juz 12, 116
[7] Ibn Qayyim, Aun al Ma’bud Sarh Sunan Abi Dawud, Juz 13, h. 256

Tidak ada komentar:

Posting Komentar